يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (As Sunah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik untuk kalian dan lebih bagus hasilnya.”

(QS. An Nisaa’ [4]: 59)

Jumat, 02 April 2010

"BID'AH"....HARUS MALU ATAU BANGGA???...TERSERAH ANDA!!!

Saudaraku,Salah satu permasalahan yang paling pelik yang mengancam persatuan umat Islam adalah isu bid’ah. Akhir-akhir ini, kata itu makin sering kita dengar belakangan ini, dan makin sering digunakan oleh segolongan umat untuk memberi label itu kepada saudara-saudara seiman. Bukan labelnya yang dimasalahkan, tapi implikasi dari label tersebut yang patut kita cermati, yaitu anggapan sebagian kita bahwa mereka yang melakukan bid’ah adalah aliran sesat. Karena itu aliran sesat, maka harus dicari jalan untuk memberantasnya atau bahkan menyingkirkannya,Kita merasa sedih sekarang ini, makin banyak umat Islam yang menganggap saudaranya sesat karena isu bid’ah yang berkembang dan sebaliknya yang lainya makin sakit hati dan bahkan marah-marah karena dirinya dianggap sesat oleh saudaranya seiman.

Yang paling mudah kita lihat contoh dari kasus tersebut adalah adanya trend maraknya umat Islam saling bermusuhan dan saling mencurigai sesama mereka dengan menggunakan isu bid’ah. bukankah kita seharusnya merenungkan, apakah kondisi seperti itu harus terjadi terus menerus di kalangan umat Islam?
Di beberapa negara Muslim, seperti di Pakistan, isu itu telah menyulut perang saudara berdarah antar umat Islam hingga saat ini. Sudah tak terhitung nyawa yang melayang karena perkara isu bid'ah seperti itu.


"bid'ah" apaan sih???

pada dasarnya Para ulama dalam mendefinisikan bid’ah dengan dua pendekatan, Bahwa sebenarnya isu bid’ah yang berkembang di masyarakat Muslim saat ini disebabkan oleh perbedaan memaknai bi’dah apakah secara etimologis (bahasa) atau terminologis (istilah).

Dalam kitab “Al-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Athar” karangan Ibnu Atsir dalam pembahasan “ba da ‘a” (asal derivatif kata bid’ah) dan dalam pembahasan hadist Umar r.a. masalah menghidupkan tarawih berjama'ah di malam Ramadhan “: نعمت البدعة هذه” Inilah sebaik-baik bid’ah”,

dari garis besarnya bid’ah terbagi menjadi dua, ada 1) bid’ah huda (bid’ah benar sesuai petunjuk) dan ada 2) bid’ah sesat. Bid’ah yang betentangan dengan perintah Allah dan Rasulnya s.a.w. maka itulah bid’ah yang dilarang dan sesat. Dan bid’ah yang masuk dalam generalitas perintah Allah dan Rasulnya s.a.w. maka itu termasuk bid’ah yang terpuji dan sesuai petunjuk agama. Apa yang tidak pernah dilakukan Rasulullah s.a.w. tapi sesuai dengan perintah agama, termasuk pekerjaan yang terpuji secara agama seperti bentuk-bentuk santunan sosial yang baru. Ini juga bid’ah namun masuk dalam ketentuan hadist Nabi s.a.w. diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah oleh Imam Muslim:

من سن في الإسلام سنة حسنة فعمل بها بعده كتب له مثل أجر من عمل بها ولا ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة فعمل بها بعده كتب عليه مثل وزر من عمل بها ولا ينقص من أوزارهم شيء


“Barang siapa merintis dalam Islam pekerjaaan yang baik kemudian dilakukan oleh generasi setelahnya, maka ia mendapatkan sama dengan orang melakukannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa merintis dalam Islam pekerjaan yang tercela, kemudian dilakukan oleh generasi setelahnya, maka ia mendapatkan dosa orang yang melakukannya dengan tanpa dikurangi sedikitpun” (H.R. Muslim).

Pernyataan sayyidian Umar bin Khattab r.a. ketika mengumpulkan umat islam untuk shalat tarawih berjama'ah pada malam bulan Ramadhan “Inilah bid’ah terbaik” masuk kategori bid’ah yang terpuji. Umar melihat bahwa sholat tarawih di masjid merupakan bid’ah yang baik, dikatakan Bid'ah karena Rasulullah s.a.w. tidak pernah melakukannya, tapi Rasulullah s.a.w. melakukan sholat berjamaah di malam hari Ramadhan beberapa hari lalu meninggalkannya dan tidak melakukannya secara kontinyu, apalagi memerintahkan umat islam untuk berjamaah di masjid seperti sekarang ini. Demikian juga pada zaman Abu Bakar r.a. sholat Tarawih belum dilaksanakan secara berjamaah. Umar r.a. lah yang memulai menganjurkan umat Islam sholat tarawih berjamaah di masjid.

Para ulama melihat bahwa melestarikan tindakan Umar tesebut, termasuk sunnah karena Rasulullah s.a.w. pernah bersabda “Hendaknya kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaurrashiidn setelahku” (H.R. Ibnu Majah dll.) Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda: “Ikutilah dua orang setelahku, yaitu ABu Bakar dan Umar”. (H.R. Tirmidzi).

Dengan pengertian seperti itu, maka menafsirkan hadist Rasulullah s.a.w.
“كل محدثة بدعة” yang artinya “setiap baru diciptakan dalam agama adalah bid’ah” harus dengan ketentuan bahwa hal baru tersebut memang bertentangan dengan aturan dasar syariat dan tidak sesuai dengan ajaran hadist.

Ada beberapa kebiasan yang dilakukan para sahabat berdasarkan ijtihad mereka sendiri, dan kebiasaan itu mendapat sambutan baik dari Rasulullah SAW. Bahkan pelakunya diberi kabar gembira akan masuk surga, mendapatkan rida Allah, diangkat derajatnya oleh Allah, atau dibukakan pintu-pintu langit untuknya.


sebagaimana digambarkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, perbuatan salah satu sahabat 'Bilal' yang selalu melakukan shalat dua rakaat setelah bersuci (shalat sunat wudhu). Perbuatan ini disetujui oleh Rasulullah SAW dan pelakunya diberi kabar gembira sebagai orang-­orang yang lebih dahulu masuk surga.

ada pulasebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari
Rifa’ah ibn Rafi’ bahwa seorang sahabat berkata: “Rabbana lakal
hamdu” (Wahai Tuhanku, untuk-Mu segala puja-puji), setelah bangkit
dari ruku’ dan berkata “Sami’allahu liman hamidah” (Semoga Allah
mendengar siapapun yang memuji­Nya)
. Maka sahabat tersebut diberi
kabar gembira oleh Rasulullah SAW.

Demikian juga, sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Mushannaf Abdur
Razaq dan Imam An-Nasa’i dari Ibn Umar bahwa seorang sahabat memasuki masjid di saat ada shalat jamaah. Ketika dia bergabung ke dalam shaf orang yang shalat, sahabat itu berkata: “Allahu Akbar kabira wal hamdulillah katsira wa subhanallahi bukratan wa ashilan” (Allah Mahabesar sebesar-besarnya, dan segala puji hanya bagi Allah sebanyak- banyaknya, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang). Maka Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada sahabat tersebut bahwa pintu­pintu langit telah dibukakan untuknya.

Hadis lain yang diriwayatkan oleh At- Tirmidzi bahwa Rifa’ah ibn
Rafi’ bersin saat shalat, kemudian berkata: “Alhamdulillahi katsiran thayyiban mubarakan ‘alayhi kama yuhibbu rabbuna wa yardha” (Segala puji bagi Allah, sebagaimana yang disenangi dan diridai-Nya). Mendengar hal itu, Rasulullah SAW bersabda: “Ada lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yang beruntung ditu­gaskan untuk mengangkat perkataannya itu ke langit.”

Demikian juga hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam An- Nasa’i dari beberapa sahabat yang duduk berzikir kepada Allah. Mereka mengungkapkan puji-pujian sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena diberi hidayah masuk Islam, sebagaimana mereka dianugerahi nikmat yang sangat besar berupa kebersamaan dengan Rasulullah SAW.
Melihat tindakan mereka, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Jibril telah memberitahuku bahwa Allah sekarang sedang berbangga-
bangga dengan mereka di hadapan para malaikat.”


bahkan yang lebih memprihatinkan lagi bagi kalangan kaum Sufi ,selalu di cap sebagai penyebar Bid'ah terparah oleh golongan orang-orang yang selalu merasa paling benar itu.seperti dzikir berjamaah ,tahlil,ziarah wali,dan bertawasul melalui KEKASIH ALLAH (WALI ALLAH) di anggap sesat oleh orang-orang tersebut.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
DZIKIR BERJAMA'AH

At-Tirmidzi berkata - menceritakan kepada kami 'Abdul-Warits ibnu 'Abdush-shamad ibnu 'Abdil-warits, katanya, menceritakan kepadaku Ayahku, katanya, menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Tsabit Al-Bunaniy, menceritakan kepadaku Ayahku, dari Anas ibnu Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Apabila kalian melewati taman-taman surga, maka singgahlah." Para shahabat bertanya, 'Apa itu taman-taman surga?" Beliau menjawab, "Halaqah-halaqah dzikir"
HR. At-Tirmidzi


TAHLIL

*"Allah berfirman 'LAA ILAAHA ILLALLAH adalah bentengKu. Barang siapa mengucapkannya, masuklah ia kedalam bentengKu. Dan barang siapa masuk ke dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabKu. (Hadist Qudsi)."

TAWWASUL
bahwa ketika wafatnya Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam hadits itu disebutkan Rasul saw rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa : Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu dan Demi para Nabi sebelum Mu, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari semua pemilik sifat kasih sayang.", jelas sudah dengan hadits ini pula bahwa Rasul saw bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw (Istri Abu Thalib).-HR. Abu Nu'aim, Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya-


Do’a masih akan terhalang bila orang yang berdo’a tersebut tanpa bertawassul dengan bersholawat pada Nabi saw.. Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib kw. berkata:
‘Setiap do’a antara seorang hamba dengan Allah selalu diantarai dengan hijab (penghalang, tirai) sampai dia mengucapkan sholawat pada Nabi saw.. Bila ia membaca sholawat, terbukalah hijab itu dan masuklah do’a.’ (Kanzul ‘Umal 1:173, Faidh Al-Qadir 5:19)


tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan kepada Allah :
Wahai Allah... kami telah bertawassul dengan Nabi kami (saw) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman beliau (saw) yang melihat beliau (saw), maka turunkanlah hujan..?. maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama pada Shahih Bukhari hadits no.3508)


*WALI ALLAH

“Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka adalah orang-orang yangberiman dan selalu bertakwa. Bagi mereka diberikan berita-berita gembira baik dlam kehidupan di dunia mahupun di akhirat. Allah tidak akan merubah kalimah (janji) Nya, yang demikian itu adalah keuntungan yang besar sekali (bagi mereka).”(Yunus, 10:62)


“Sesiapa yang memusuhi waliku sesungguhnya dia telah menentangku dengan peperangan.”(HADIST QUDSI)

Dari Abu Hurairah RA. Berkata: Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Siapa yang memusuhi waliKu, maka Aku isytiharkan perang padanya. Tidak seorang pun yang dekat kepadaKu dengan suatu amalan wajib yang Aku sukai dan tidak seorang pun dari hambaKu yang dekat kepadaKu dengan amalan sunnah sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya untuk mendengar, dan Aku akan menjadi pandangannya untuk melihat, dan aku akan menjadi tangannya yang dipakai untuk memegang dan Aku pun akan menjadi kakinya untuk berjalan. Maka apa-apa yang dia minta padaKu, nescaya akan Ku berikan permintaannya dan jika dia meminta perlindungan dariKu maka Aku akan lindungi dia.”(Hadist Riwayat Bukhari)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
sebenarnya yang perlu kita garis bawahi dan kita renungkan, bahwa ajaran agama kita dalam merubah kemungkaran yang disepakati bahwa itu kemungkaran adalah dengan cara yang ramah dan nasehat yang baik. Tentu merubah kemungkaran yang masih dipertentangkan kemungkarannya juga harus lebih hati-hati dan bijaksana. Permasalahan yang masih menjadi khilafiyah (terjadi perbedaan pendapat) di antara para ulama, tidak seharusnya disikapi dengan bermusuhan dan percekcokan, apalagi saling menyalahkan dan menganggap sesat. Mereka yang menganggap dirinya paling benar dan menganggap akidahnya yang paling selamat, dan lainnya adalah sesat dan rusak, hendaklah ia berhati-hati karena jangan-jangan justru golongan yang menyesatkan saudara seimanya itu yang telah dihinggapi oleh teologi permusuhan.

Wallahu'alam Bishawab


-------------------------------------------------------------------------------------
boleh saja bila kau anggap aku tersesat karena tak melewati jalan yang telah kau lalui sahabatku...
mungkin juga kau tak pernah tau bila jalan yang kulalui ini begitu indah...
sayang saja kau tak mau tau...
tak mengapa juga bila kau merasa paling tau...
asal kau tak usik aku...

tapi nyatanya tak henti-henti kau menggangguku dengan kata-katamu yang seakan-akan paling bijak...
tak henti-henti kau membisingkan telinga ini dengan aksen sok timur tengahmu...

ketika aku kau katakan gila saat menyembah TUHAN yang nyata...
ketika aku kau katakan ahli bid'ah saat selalu memuja RASULULLAH SAW...
ketika aku kau katakan musyrik saat aku bertawasul pada Kekasih-NYA....
tahukah kamu saudaraku????....
"aku sangat bangga"



JELATANG


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

3 komentar: