يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (As Sunah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik untuk kalian dan lebih bagus hasilnya.”

(QS. An Nisaa’ [4]: 59)

Selasa, 27 April 2010

BELAJAR DARI SECANGKIR KOPI

Sahabat yang baik,aku kembali mendapat sebuah pelajaran hari ini,kali ini TUHAN mengajarkanku melalui secangkir kopi.tadi pagi,seperti pagi kemarin dan kemarin lusa,juga pagi-pagi yang sudah-sudah(sebenarnya memang tiap pagi saya lakukan kegiatan ini)  saya terbiasa minum secangkir kopi(kadang lebih) sebelum melakukan aktivitas.
tadi pagi(lagi) saya ke warung mak ijah (sebut saja begitu namanya,seperti cerita sejenis pada umumnya) warung langganan saya tiap pagi kalau mau ngopi .seperti biasa mak ijah yang sudah hapal dengan kesukaan saya,kopi hitam super panas dengan sedikit gula (saya tidak suka kopi manis karena gula yang banyak akan merusak cita rasanya ,apalagi kalau pake susu,pasti rasanya tambah amburadul dan yang lebih utama 'saya tidak mau melawan hukum alam') .kemudian mak ijah sudah siap dan menyajikan kopi buatanya kehadapan saya...
waaaah....tak sabar saya ingin menyeruput kopinya,langsung saja,,,sruuup...
tak seperti biasanya,kopi mak ijah kali ini tidak sesuai dengan selera saya , rasa kopinya biasanya tak seperti ini.kali ini kopi mak ijah terasa hambar,dan banyak ampas kasarnya.akhirnya saya coba menanyakan pada mak ijah,


SAYA : "mak ijah,qo kopinya kurang sedap ya??"

MAK IJAH : "kurang sedap gimana mas??"

SAYA : "ya kurang sedap,,mmm...beda aja sama biasanya. berubah ya takaranya?"

MAK IJAH : "enggak qo mas ,sama kayak biasanya ,memang ada yang aneh ya mas? ,takaranya sama kayak yang pertama kali mas ajarin qo,,tapi kalau memang kurang suka sama yang ini,nanti saya bikinin lagi deh,maaf ya mas." (lalu mak ijah pergi ke belakang dan sepertinya dia hendak bikin kopi lagi buat saya)

(tak berapa lama kemudian mak ijah keluar dan membawa secangkir kopi yang baru di buatnya)


MAK IJAH : ini mas kopinya,saya ganti saja,yang ini airnya baru mendidih.(sambil menyuguhkan kopi tersebut kepada saya)

lalu saya langsung saja menyeruput kopi yang baru disajikan ini untuk meyakinkan bahwa kopi yang ini memang dibuat seperti biasanya..sruuuuuuup!!!
kali ini rasa kopinya benar-benar sedap,jauh lebih baik dari kopi yang pertama disajikan,tentu saja hal ini memancing saya untuk kembali bertanya


SAYA : mak,ijah,kopi yang ini rasanya sama seperti yang biasanya.,rasanya passss...sedapnya pass...
dan enggak banyak ampas kasarnya..yang ini pake apa mak??

MAK IJAH : enggak pake apa-apa qo mas, tapi yang ini memang saya bikinya pakai air yang baru mendidih.kalau yang tadi pake air termos,memang biasanya kalau buat mas,saya pakai air yang mendidih,tapi karena tadi mas datangnya lebih pagi dari biasanya,karena takut mas nunggu lama,jadi saya bikin saja kopinya pakai air panas dari termos.


SAYA :oooh...apa karena airnya ya mak,makanya yang tadi kopinya banyak ampas,dan rasanya agak hambar,mungkin karena kopinya tidak pecah dengan sempurna,sehingga rasa yang dihasilkan jadi kurang kuat seperti biasanya.


MAK IJAH : eh...eeeh...iya ya mas...iya kayaknya maafin saya ya mas,tadi saya tergesa-gesa...(seakan-akan mak ijah ngerti yang saya maksud,tapi saya cukup senang karena dia sudah pura-pura mengerti,dan yang lebih utama karena dia mau mengakui kesalahanya..tidak seperti saya yang sering merasa paling benar,terima kasih mak ijah sudah menunjukan pada saya sikap ksatria untuk mengakui kesalahan dan bukan justru menyalahkan hal lain seperti saya )

SAYA : iya mak ijah gak kenapa-kenapa qo,makasih ya mak ijah...


*
dari kisah kopi tadi saya mendapat pelajaran juga yaitu;

"bubuk kopi justru semakin menjadi sedap setelah mengalami sesuatu yang menimbulkan kesakitan,setelah di siram dan diaduk campur dengan air yang mengalami pemanasan hingga 100 derajat celcius ,kopinya justru terasa semakin nikmat,dan lebih harum,dan ampas sisa proses pembuatan pun lebih sedikit ,karena di keadaan air terpanas dalam titik didihnya,justru keadaan itu yang menghancurkan sisi keras sang kopi sehingga sang kopi pun keluar dari cangkang butiran kasarnya,dan menghasilkan cita rasa yang lebih dahsyat ,dan mampu mengeluarkan rasa yang spesial dalam dirinya"

“Jika saja saya bisa seperti bubuk kopi, yang setelah mengalami  keadaan  terburuk justru  terpacu menjadi semakin baik dan menunjukan hasil terbaiknya"

mmmmm..tapi lebih baik lagi bisa melakukan segala sesuatu dengan hasil terbaik tanpa harus menunggu keadaan terburuk datang..heheheheeeeee..............................



JELATANG  



Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

2 komentar:

  1. suatu produk adalah ditentukan prosesnya, produk kita adalah berkekalan denganNYA, otomatis harus dilatih patuh terhadap semua prosedur proses dekat denganNYA. Sukses selalu ya Mas Jelatang. Semangat dalam berkarya untuk puja-puji kepadaNYA semata.

    BalasHapus
  2. terima kasih Mas QI...
    terima kasih untuk semua supportnya...
    semoga saya selalu di izinkan dan diberi kekuatan untuk terus menulis untukNYA...
    salam...

    BalasHapus