يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (As Sunah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik untuk kalian dan lebih bagus hasilnya.”

(QS. An Nisaa’ [4]: 59)

Senin, 02 Agustus 2010

BUAT APA KAU PUASA?

Seorang saudaraku ditanya oleh Gurunya
“Puasa kau?” – “Ya Guru”.
“kepada siapa puasamu? – “kepada Allah Guru”.
“Buat apa kau puasa?” – “supaya dapat pahala Guru”.
“hahaha… senang aku dengarnya. Iyalah dapat pahala. Dari yang kau puasai, mengerti kau?” – “ampun Guru, saya bodoh sekali belum begitu mengerti maksudnya Guru”
“Bagus… mau kau mengakui, sudah benar itu.Yang kau dapat dengan puasamu adalah ketajaman rohanimu dengan yang kau puasai”

Setiap agama ada puasanya masing-masing disamping sholat/sembahyang. Berbeda mungkin tapi ada benang merah yang dapat ditarik.
Ada yang senin –kamis, ada yang satu hari satu malam. Ada yang setahun sekali, dan sebagainya.
Para pencari keramat baik ilmu kanan atau kiri pun pakai puasa juga.
Ada yang 3 hari 3 malam, ada yang 7 hari 7 malam, ada yang di tanam, ada yang 40hari 40 malam.
Ada yang tidak kena api, ada yang mutih, ada yang tidak injak bumi.
Dan sebagainya.. dan sebagainya.
Semua tergantung niat puasa kita dan kepada siapa kita berpuasa.
Jika berpuasa untuk dapat kesaktian, kehebatan, benda-benda dan sebagainya, maka puasanya itu ditujukan kepada yang memberi kesaktian, kehebatan atau benda-benda tadi.
Seringnya selama puasa mereka mengamalkan wirid atau ayat2 tertentu baik bahasa arab, Indonesia, jawa, atau apapun.
Dan selama puasa seluruh panca indera di upayakan focus kepada si pemberi tadi.
Bisa Tuhan, jin, dukun, ratu kidul, nyi pleret, kyai apalah atau lainnya.
Pada tingkatan tertentu rohani si manusia akan bertemu dengan tujuan / si pemberi tadi.
Barulah terjadi interaksi komunikasi dan transaksi disana. Dan kesana pula orang ini akan kembali.

Sama halnya seperti puasanya muslim.
Ada puasa sunat senin kamis, puasa Daud (1hari puasa 1hari tidak), puasa 3 hari, 7 hari, dsb.
Dan ada puasa wajib 1 bulan penuh di bulan ramadhan.
Secara teknis pelaksanaanya hampir sama.
Niat, menjalankan dalam waktu tertentu dan berbuka.
Tujuannya adalah melatih ketajaman ruhani agar semakin dekat dengan Allah SWT hingga mencapai derajat Taqwa.

puasa dikategorikan dalam 3 golongan:
- puasa orang awam yang hanya menahan lapar, minum dan hubungan sex
- puasa khusus dengan penambahan kesempurnaan ibadah selama menjalankan puasa
- puasa para nabi dengan menjaga kesempurnaan jasmani - ruhani agar senantiasa bersama dengan Allah.

Sebenarnya puasa para nabilah yang akan diganjar dengan derajat Taqwa.
Tapi untuk menjalankannya tentu kita beranjak dari puasa awam dan khusus dulu.
Yang perlu ditekankan disini adalah BERANJAK. Bukan jalan ditempat.
Artinya perlu diupgrade hingga kita bisa menjalankan puasa Nabi, dimana lahi-bathin, jasmani-ruhani kita selalu bersama dengan Allah selama menjalankan puasa.

Ada lagi hadis berbunyi: kebahagiaan orang berpuasa ada 2, saat berbuka dan saat bertemu dengan Tuhannya.
Bagi puasa awam mungkin kebahagiaan yang dicari hanyalahdi saat berbuka. Bisa makan lagi, minum sepuasnya dan berhubungan sex selemasnya. :P
Bagi puasa khusus mungkin berharap diakhirat kelak dapat berjumpa dengan Dzat Maha Indah yang didambakannya selama didunia. Selama di dunia, cukuplah mengira-ngira bagaimana Allah itu. Cukuplah mengenang kebesaran dan kemurahanNya yang terjewantah dalam wujud alam raya ini. Yah mudah-mudahan Allah berkenan menemui rohaninya kelak. Insya Allah puasanya berkah dan mendapat ridhaNya. Hmm,,, siapa tahu bisa mendapat derajat Taqwa dari Nya. Yah,, namanya juga kira-kira, mungkin, mudah2an, siapa tahu gitu loh..
Bagi puasa Nabi, kedua kebahagiaan itu di dapatkan selama didunia. Saat berbuka termasuk dalam golongan hambaNya yang menang, dan berjumpa denganNya tanpa perlu menunggu diakhirat nanti (yang sudah pasti berjumpa)

Dari hadis lain yang berbunyi: beribadahlah seperti halnya aku beribadah. Yah, bisa disimpulkan puasa kategori mana yang seharusnya kita amalkan.

Guru saudaraku tadi melanjutkan “Berbahagialah kita yang sudah berjumpa dengan Tuhan di muka bumi ini. Sebab kita bisa dengan PASTI dan JELAS menujukan puasa kita kepadaNya. WajahNyalah yang kita tuju selama kita berpuasa. Hasilnya: rohani kita DIJAMIN PASTI akan semakin tajam dan dekat dengan Nya.”

Semoga puasa kita bisa mendapatkan ridhaNYA…
OLEH: PADI MUDA




JELATANG 


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar