يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (As Sunah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik untuk kalian dan lebih bagus hasilnya.”

(QS. An Nisaa’ [4]: 59)

Rabu, 15 September 2010

JANGAN BERPRASANGKA BURUK KEPADA ORANG LAIN

Jangan Berprasangka Buruk Terhadap Orang Lain dan Jangan Pula Mendengarkan Ucapan Orang Lain Dalam Keadaan Mereka Tidak Suka

 
Rasulullah SAW, bersabda : “Sesungguhnya ada orang yang secara lahiriah terlihat berbuat amal ahli surga, padahal ia ahli neraka. Dan ada seseorang yang secara lahiriah ia berbuat amal ahli neraka, padahal ia ahli surga. ” ( Bukhari & Muslim ).

kita tidak akan pernah bisa menilai tentang sikap,kebiasaan atau kelakuan orang lain .'tidak berhak' lebih tepatnya,karena kebenaran hanyalah milik ALLAH .lagipula ,bukankah lebih indah bila hubungan kita sesama manusia bila kita warnai denagn sikap saling percaya dan saling menyokong satu sama lain.
********************************************************************************************************

Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain memang sering kali bersemayam di hati kita. dan ironisnya sebagian besar, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya sendiri.


Buruk sangka kepada orang lain  (su`udzon) mungkin biasa atau bahkan sering mampir di hati kita. Yang parahnya lagi, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan hal tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang lain (jadi hobby kalee ya??).

 Padahal
kita semua tahu bahwa hal yang bernama su`udzon,apalagi kepada sesama kaum muslim tanpa ada alasan/bukti merupakan hal yang sangat amat terlarang.

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (QS.Al-Hujurat: 12)

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menjauhi kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka. dalam hal ini , memang prasangka yang dibangun di atas tanda-tanda
(Qarinah) yang menunjukkan bahwa hal yang di tuduhkan tersebut adalah benar ,tidaklah terlarang. 

Hal itu merupakan tabiat dasar manusia. Bila ia mendapatkan qarinah yang kuat maka timbullah zhannya, entah apakah zhan yang baik ataupun yang tidak baik (tuduhan tanpa bukti yang menguatkan).


zhan dinyatakan sebagai pembicaraan yang paling dusta. 

 Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman melarang hamba-hamba-Nya dari banyak persangkaan, yaitu menuduh dan menganggap khianat kepada keluarga, kerabat dan orang lain tidak pada tempatnya. Karena sebagian dari persangkaan itu adalah dosa yang murni, maka jauhilah kebanyakan dari persangkaan tersebut dalam rangka kehati-hatian. 

Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab.RA, berkata,‘Janganlah sekali-kali engkau berprasangka kecuali kebaikan terhadap satu kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin, jika memang engkau dapati kemungkinan kebaikan pada kata tersebut’.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/291)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah SAW:Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati-hati dan amalan kalian.” (HR.Bukhari  dan Muslim )

Zhan yang disebutkan dalam hadits di atas dan juga di dalam ayat, adalah tuhmah (tuduhan). Zhan yang diperingatkan dan dilarang adalah tuhmah tanpa ada dasarnya. Seperti seseorang yang dituduh berbuat zina atau dituduh minum khamr (mabuk-mabukan) padahal tidak tampak darinya tanda-tanda yang mengharuskan dilemparkannya tuduhan tersebut kepada dirinya. 
  
Dengan demikian, bila tidak ada tanda-tanda yang benar dan sebab yang zahir (tampak),maka hukumnya haram ber-zhan (berprasangka) yang jelek

ini saja tulisan yang dapat saya buat,khususnya untuk mengingatkan diri saya agar tidak be-Zhan kepada orang lain ,apalagi tanpa ada bukti yang dzahir ,semoga saya dilindungi oleh Allah dari sifat Super Buruk tersebut.apabila saudara-saudara yang lain memiliki masukan pendapat yang lain atau sebagai tambahan,saya sangat mengharapkan agar kiranya saudara-saudaraku sudi untuk menambahkanya ,semoga bermanfa'at untuk kita semua... 


JELATANG



Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

Senin, 13 September 2010

SEKILAS PANDANGAN SYEIKH SITI JENAR

Makna Kematian
Bermacam-macam ajaran agama yang ada didunia mempunyai pandangan tersendiri tentang kematian. ada yang memandang dengan konsep reinkarnasi, kebangkitan, hingga alam barzah. Tetapi intinya mengindikasikan satu tujuan yang sama, yaitu kembalinya diri, jiwa, ruh ke Haribaan PEMILIK YANG HAQ, meninggalkan alam jasmani dibumi.

Di dunia Sufi ada sesuatu yang berbeda ,salah satunya yaitu pendapat dan ajaran Syekh Siti Jenar, yang menyatakan bahwa “alam dunia ini adalah alam kematian”. Dunia adalah alam kubur dan raga adalah sebuah teralis jeruji besi yang memenjara jiwa ketika berada didunia sehingga merasakan kesusahan didunia, haus, lapar, dan kesedihan. hidup yang kita jalani sekarang hanya sebuah persiapan untuk memasuki hidup yang sebenarnya. dan jika tidak siap, jiwa akan terperangkap ke dalam alam kematian kembali yang "bersifat bangkai". sedangkan Hakikat dari hidup adalah kekal selamanya dan tak mengalami lagi suatu keadaan yang bernama kematian.

Analogi hidup dan mati adalah seperti perputaran bumi pada porosnya, atau layaknya  terjadi siang dan malam. Ketika manusia lahir, dia sebenarnya “born to die” / Lahir untuk menuju kematian. Dunia bukan jalan hidup tetapi jalan menuju kematian. Hidup yang sebenarnya adalah tanpa raga, telanjang dalam wujud frekuensi murni,dengan apa yang paling awal di ciptakan oleh SANG MPUNYA. Dalam konteks Jawa dikenal dengan “manunggaling kawula Gusti/ bersatunya diri dengan Tuhan".

Kebutuhan kita didunia akan sandang, pangan, papan (pakaian, makanan dan tempat tinggal) selama didunia hanya sarana untuk menunda kematian dan menemukan jalan hidup yang sesungguhnya, karena kematian tidak bisa dihentikan.maka tenaga yang dihasilkan dari faktor-faktor tersebut seharusnya digunakan untuk persiapan menuju alam Kematian jasad/kehidupan abadi .

وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:"Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasukorang-orang yang saleh?"  (QS.Al Munafiqun:10)

Meskipun pendapat Syekh Siti Jenar ini semua bersumber serta dilandasi pada ayat-ayat Al Qur’an, tetapi universal untuk semua agama umat manusia. Konsep filsafat inilah yang ingin diterapkan oleh Syekh Siti Jenar karena lebih rasional dalam menggambarkan keaslian kultur masyarakat Jawa. Islam yang dipahami sesuai dengan realita,bukan sekedar dogma .menekankan pada budi pekerti tanpa kebohongan maupun symbol-simbol yang menipu dan melepaskan kebiasaan hidup yang hanya berdasarkan opini ataupun pendapat. Pancaindrapun tidak bisa kita jadikan pedoman dalam hidup untuk mencari kebenaran. panca indera kita bukan jarang tertipu atau salah dalam menilai sesuatu,indra hanyalah alat.

Begitu juga dengan akal budi yang masih bisa diartikan sebagai ego karena sifatnya yang bias dan kemungkinan menyimpang. Luar biasa pendapat Sang Syekh ini, karena 250 tahun mendahului pandangan seorang filsuf besar Immanuel Kant (1724-1804).
Syekh Siti Jenar juga ingin mengajarkan Islam yang sesuai dengan tatanan kehidupan, kondisi dan budaya masyarakatnya. Berdasar pada akal budi yang terpimpin, melepaskan diri terlebih dulu dari hawa nafsu, kepalsuan dan dusta tetapi tetap dalam alur Syariat Islam dengan berpedoman pada Al-Qur’an, berbentuk Islam yang tumbuh dari dalam diri. Bagi Sang Syekh, hidup sesungguhnya adalah menjadi manusia hakiki yang merupakan perwujudan dari hak, kemandirian dan kodrat. Dalam hal ini ada perbedaan pandangan antara beberapa Sufi yang berpendapat pada dualisme, kesatuan hamba dan Tuhan dengan Sang Syekh yang lebih berfokus pada diri pribadi, satu realitas, TUHAN selalu bersama manusia.

Menjadi manusia yang memahami eksistensinya karena hanya manusia yang mempunyai eksistensi didunia. Bagi Syekh Siti Jenar, kepercayaan adalah kepercayaan, terlepas dari pandangan dualisme maupun monoisme, terlepas dari bermacam agama dan kepercayaan yang membungkusnya. Agama hanya sebuah jalan yang harus dilalui, dengan tujuan yang sama, 'TUHAN'. Disini Syekh mengajarkan manusia untuk melihat perbedaan antara citra dan realita. Semua yang timbul dari sesama manusia adalah citra, sedangkan menguasai ilmu tentang kematian adalah realita.

Diperlukan kematangan pemikiran kita dalam mendalami apa yang diajarkan Syeikh Siti Jenar ,terlebih lagi sebenarnya sangat diperlukan panduan dari seorang Syeikh Yang Benar-benar ahli Tasawuf. agar tidak timbul kesalah pahaman dalam mengartikan sehingga menjebak pemikiran kita sebagaimana pandangan negatif masyarakat Jawa terhadap Syekh Siti Jenar selama ini. Semua pandangan, ajaran dan pendapat Sang Syekh adalah bersumber pada Al-Qur’an yang ditafsirkan secara mendalam, akurat dan dalam pemaknaan yang tinggi sehingga sesuai dengan adat dan budaya masyarakat Jawa tanpa terjadi pemaksaan dalam artifikasi maupun pelaksanaan

Dalam pemikiran saya sebagai penulis yang terus terang saja masih sangat amat dangkal,
dari pendapat Syekh Siti Jenar yang telah dikemukakan adalah pentingnya implementasi dalam relevansi antara keikhlasan, kesederhanaan dan memberdayakan pemikiran yang logis untuk mencapai eksistensi manusia dalam perjalanan sementara didunia menuju hidup yang sesungguhnya. TUHAN adalah sebagai Causa Prima (Penyebab Pertama) dalam hal ini DIA menciptakan manusia. Sedangkan perbuatan baik atau buruk pada manusia merupakan iradatnya sendiri dan tidak bisa disalahkan pada TUHAN,seperti kesalah kaprahan beberapa manusia yang egois selama ini. Jika manusia telah mencapai tingkatan dalam pengendalian diri yang baik, berbuat baik beramal saleh, telah mampu melepaskan hawa nafsu dan berbudi luhur, niscaya TUHAN akan senantiasa bersama manusia.

Tidak dapat memuat zat-Ku bumi dan langit-Ku, kecualihatihamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang. (HR. Abu Dawud)


Bila manusia tidak lagi hanya memikirkan syari’at, tarekat, hakikat dan makrifat, maka dirinya telah menuju “manunggaling kawula Gusti”. Menjadi wujud realitas manusia sejati. Memenuhi kodratnya sebagai khalifah-NYA didunia.

Ajaran Syeikh Siti Jenar yang lainya juga menggambarkan demokrasi, perbedaan pendapat, keberagaman, persatuan dan berbagai pemikiran yang hebat akan tetapi memang tampaknya terlalu jauh kedepan melampaui pemikiran umum pada masa itu ,Jauh sebelum munculnya pemikiran-pemikiran modern eropa abad ke -18 hingga ke -21 mengenai demokrasi, keterbukaan, persamaan, kebebasan dan persudaraan, Syekh Siti jenar telah mengajarkan semua itu di abad ke-16. sehinga menimbulkan perbedaan pendapat dan pergesekan dengan ajaran 8 Wali yang sudah ada pada waktu itu ,

Sebagai bahan renungan, Ajaran Syekh Siti Jenar memang merupakan ajaran Islam Jawa yang kontroversial dengan ajaran main stream, ajaran islam secara umum diikuti didunia ini. Karena itu sebaiknya mencerna ajarannya dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Siti Jenar bukanlah sosok yang ingin merusak ajaran islam. Tetapi dia hendak mengajarkan islam yang bisa diterima dengan baik di Jawa.

Sudut pandang yang berbeda antara Wali Sanga dan Siti Jenar 
Wali Sanga melakukan akulturasi Islam dengan Jawa, sedang Siti Jenar melakukan asimilasi Islam dengan Jawa sehingga terbentuklah Islam Jawa. Dengan Asimilasi ini akan muncul wajah Islam yang baru, tanpa terseret bentuk lahir Islam yang Timur Tengah. Dengan cara ini diharapkan Islam diterima oleh orang Jawa dengan baik, dan menghasilkan sinergi bagi kebangkitan Nusantara setelah runtuhnya kerajaan Majapahit.

Ajaran Siti Jenar cepat berkembang. Mereka yang semula menerima islam ala Wali Sanga, segera beralih ke Islam Jawa. Raja Demak khawatir, takut kerajaannya digulingkan oleh Ki Pengging, cucu Majapahit. Maka dicarilah cara untuk menumpas Syeikh Siti Jenar. Para wali sebenarnya enggan berselisih dengan Siti Jenar. Karena yang terjadi antara mereka dengan Siti Jenar hanyalah perbedaan pandangan. Namun, kepentingan politis lebih menonjol. Yang Jelas berdasarkan berbagai versi sejarah, Siti Jenar dan Ki Pengging dibunuh oleh Demak.

inilah sedikit tulisan tentang Syekh Siti Jenar. seorang WALIYULLAH yang besar dan kontroversial Kehadiraannya telah menentramkan sekaligus menggelisahkan.

Semoga Bermanfa'at.... ^_^







*Dari Berbagai Sumber



JELATANG 


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

Selasa, 07 September 2010

Al Hallaj Dan Fir’aun Sama-Sama Mengaku TUHAN

Dalam sejarah perkembangan islam islam 2 nama ini sangat fenomenal. Baik Fir’aun maupun Al Hallaj, sama-sama mengguncang sejarah, dengan ucapan yang menyamakan diri mereka dengan Sang Pencipta.

samakah persepsi mereka??

 
tentu saja berbeda .Fir’aun meneriakan  pernyataan tersebut (aku TUHAN kalian) atas dasar keangkuhan akan kekuasaanya pada masa itu. Dia maharaja kerajaan besar dengan ilmu pengetahuan yang luas ,dengan kekuasaan besar,dan perintahnya absolut. Keadaan itu yang kemudian membuatnya merasa hebat,angkuh dan tak tetandingi oleh apapun, sehingga dia menyatakan diri telah menjadi illah (sosok yang patut disembah).

Sebaliknya, Al Hallaj, ketika menyatakan dirinya Al Haq, Sang Kebenaran, salah satu dari 99 nama Tuhan (asmaul husna) dalam ajaran Islam, justru didasari oleh kerendah hatian Beliau. Bagaimana Beliau (Mansur Al Hallaj) di hadapan Yang Maha besar Mahaperkasa, dirinya (seolah) tiada, dan yang sungguh ada hanya DIA semata.

Jangankan kita bicarakan di hadapan Tuhan, di hadapan isi langit bumi ciptaan-Nya saja kita memang sudah menjadi tiada, betapa kecilnya kita ini.Bumi tempat kita hidup belum ada apa-apanya bila di bandingkan dengan matahari ,dan tata surya kita tidak ada apa-apanya di hadapan Galaksi Bima Sakti, dan belum lagi galaksi Bima sakti itu pun cuma sebutir debu di bandingkan keluasan jagat raya yang belum pernah kita ketahui dengan pasti batasnya sampai dimana. Jadi bagaimana pula diri ini bila dibandingkan dengan AL-HAQ yang menciptakan dan memelihara itu semua? 

Mansur Al Hallaj pun merasa dirinya hilang di hadapan kebesaran Sang Pencipta, dan saat itulah dari kemurnian dan kerendahan hatinya, terlontar kata-kata itu "ana Al HAQ".

Seorang Guru Besar sufi pernah berkomentar, satu-satunya kesalahan Al Hallaj adalah mengungkapkan pengalaman dan rahasia rasa itu. Maha Guru Sufi saya sering berpesan 



"tidak semua pengalaman dan perasaan mesti diungkapkan,tasawuf adalah ilmu rasa,,,ilmu hati.. tidak semua tentang perasaan bisa di cerna dengan otak,,maka satu-satunya cara adalah amalkanlah ,setelah kau rasakan kebenaranya ,simpan dan jadikanlah pedoman.cukup saja kau dan TUHAN mu yang tahu _tentang Rasamu_
kalau semuanya kau tebarkan,beberapa akan berbalik menyerangmu seperti boomerang yang kau lemparkan".

Al Hallaj dan Fir'aun Keduanya memang dihukum mati untuk pengakuan itu. Fir'aun, bersama pengikut setianya  *sesuai narasi di kitab-kitab suci , ditenggelamkan ALLAH di Laut Merah. Mereka menjerit pedih dalam penyesalan yang tak berujung namun sia-sia. Namun Al Hallaj, sangatlah berbeda. Dia cuma dieksekusi secara kejam oleh otoritas kekuasan manusia-manusia bodoh. Terikat di tiang gantungan, dia dimutilasi hidup-hidup, namun sampai dia mengembuskan napas terakhir, di bibirnya selalu tersungging senyum kepuasan.gambaran perasaan Cinta yang teramat kepada Sang Khalik.



*Senyuman ikhlas Husain Ibnu Manshur Al Hallaj itu seolah menegaskan, di hadapan kebesaran Yang Mahaperkasa, apalah arti perasaan dan derita seorang manusia hina dan kecil seperti Beliau.



*Maulana Jalaluddin Rumi berkata, _ucapan “Akulah Tuhan” oleh Fira’un adalah kegelapan yang pekat, 
tapi pernyataan “Akulah Sang Kebenaran” oleh Al Hallaj, justru cahaya yang benderang dari hati seorang hamba yang sejati_.


JELATANG 


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 HIJRIAH

Hari ini,,,
telah kukuncupkan payung  yang selalu aku pakai...
yang biasanya ku buka lebar melindungi tubuhku yang angkuh...
dan aku siap untuk engkau hujani ,sahabatku...kunantikan hujan maaf darimu...

Jangan biarkan hujan maafmu berhenti,,,
sebelum kesalahan-kesalahanku tersapu bersih...
disapu banjir kebesaran hatimu...

Hari ini..
kurendahkan ego jiwaku...
kulupakan sejenak kesombonganku..
kutundukkan kepalaku yang biasanya menatap angkuh...
dan aku duduk disini terpaku..
di depan jendela hatimu..
menanti pintu maafmu ...
yang aku harap akan terbuka untukku...
dan kau datang menyambutnya..
dengan pelukan jiwamu yang penuh kasih sayang..
dalam Cinta...dan Ridho-Nya...
Ridho Sang Maha Cinta



"Id " berasal dari bahasa Arab dari akar kata aada, yang berarti kembali

Sedangkan fitri bermakna fitrah atau asal kejadian yang masih suci dan murni'. 

Karenanya Idul Fitri itu artinya 'kembali ke asal kejadian (ruhaniah yang masih fitri dan suci)." karena, manusia itu memang terlahir dengan fitrah yang suci.... 

Inilah makna mudik yang sejati, yakni mudik spiritual bukan mudik biologis. (kembali kepada keadaan awalnya)



JELATANG 



Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

Sabtu, 04 September 2010

HARUM DARI MASYITAH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas .RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

”Pada saat malam terjadinya Isra’ saya mencium bau harum,selayaknya wewangian kasturi, sayapun (Rasulullah SAW) bertanya,”Ya Jibril, bau harum apakah ini?”

Jibril menjawab,”Ini adalah bau wangi wanita penyisir rambut putri Fir’aun (Masyithah) dan anak-anaknya.”
Saya (Rasulullah SAW) bertanya, ”Bagaimana demikian?”

Jibril bercerita,”Ketika dia menyisir rambut putri Fir’aun suatu hari, tiba-tiba sisirnya terjatuh. Dia mengambilnya dengan membaca ”Bismillah (dengan nama Allah).”
Putri Fir’aun berkata,”Hai, dengan nama bapakku?”
Masyithah berkata,”Bukan, Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu begitu juga Tuhan bapakmu.”
Putri Fir’aun bertanya,”Kalau begitu, kamu punya Tuhan selain ayahku?
Wanita tukang sisir itu menjawab,”Ya.”
Anak putri Fir’aun berkata, ‘Akan aku lapor­kan pada ayahku.’
Wanita tukang sisir menjawab, ‘Silahkan!’
Putri Fir’aun kemudian melaporkan kepada bapaknya, dan Fir’aunpun kemudian memanggil Masyithah.

Fir’aun bertanya,”Ya Masyithah, apakah kamu mempunyai tuhan selain aku?”
Masyithah menjawab,”Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah SWT.”
Kemudian  Firaun dengan kekuasaan yang ada padanya telah  memerintahkan menterinya yang bernama Hamman untuk mempersiapkan periuk besar dari tembaga untuk dipanaskan.(Inilah masanya untuk menguji Masyitah, seorang wanita yang lemah fisiknya ,tetapi memiliki kekuatan jiwa yang luar biasa.)

Masyitah bersama dengan suami dan empat orang anaknya termasuk seorang anaknya yang masih bayi dihadapkan ke hadapan Firaun dan diberi kesempatan untuk memilih ,hendak menyembah Firaun atau dicampakkan ke dalam periuk besar yang berisi air panas yang mendidih. Maka dengan tegas Masyitah dan suaminya tetap mempertahankan keimanan mereka dengan mengatakan ALLAH itulah TUHAN Yang Esa dan Firaun hanyalah manusia biasa.Dengan keputusan itu, Firaun dengan ketamakanya yang berkuasa memutuskan untuk segera menghukum Masyitah bersama seluruh keluarganya.
kemudian, Masyithah berkata kepada Fir’aun,”Saya mempunyai satu permohonan.”
Fir’aun menjawab,”Katakanlah.”
Masyithah berkata,”Saya ingin engkau mengumpulkan tulang-tulangku dan tulang-tulang suami serta anakku dalam satu kain/kantong untuk kemudian dikuburkan.”
Fir’aun menjawab,”Akan aku penuhi permintaanmu.”


kemudian Hamman dengan tiada rasa peri kemanusiaan mencampakan satu persatu keluarga Masyitah ke dalam periuk besar yang berisi air panas yang mendidih. Sambih ketawa terbahak-bahak dengan nada yang menyindir, Hamman mencampakkan suami Masyitah dahulu ,kemudian diikuti dengan anak-anaknya yang lain.Masyitah melihat sendiri dengan mata kepalanya bagaimana suami dan anak-anaknya terkapar-kapar di dalam air yang panas menggelegak itu. Kini tinggalah Masyitah dan bayinya yang sedang menyusui yang akan dicampakkan ke dalam periuk tersebut.Syaitan terus membisikkan ke telinga Masyitah rasa was-was dan kasihan melihat anaknya yang masih kecil itu disiksa sedemikian rupa. Masyitah mulai ragu-ragu untuk terjun ataupun tidak. Tetapi dengan kekuasaan dan izin Allah SWT, tiba-tiba anak yang masih bayi itu berkata kepada ibunya,Masyitah  "Wahai ibuku, marilah kita menyusul ayah, sesungguhnya syurga ALLAH sedang menanti kita". sesaat setelah mendengarkan kata-kata  dari anaknya yang masih bayi itu, dengan rasa kehambaan dan Cinta kepada ALLAH yang begitu besar, Masyitah terjun bersama anaknya ke dalam periuk yang berisi air panas itu dan wafatlah mereka sekeluarga demi mempertahankan iman mereka kepada ALLAH dan Rasul-Nya.

Tetapi Allah tidak membiarkan kejahatan serta ketamakan Firaun begitu saja. Allah mendatangkan kepada Firaun, Hamman dan para pengawalnya yang membunuh Masyitah dengan azab siksa yang sangat pedih. Allah meruntuhkan kerajaan Firaun dan Hamman mati di dalam runtuhan tersebut. Tentara dan para pengawalnya ditenggelamkan di dalam dasar laut.Sebaliknya Masyitah sekeluarga di dalam keadaan yang mulia dan bahagia di dalam syurga-Nya.

Jibril A.S berkata kepeda Rasulullah SAW:
"ItulahMakam Masyitah, salah seorang wanita penghulu syurga." Begitulah keistimewaan yang Allah berikan kepada Masyitah. Walaupun tubuhnya dan tubuh keluarganya hancur lebur, namun di sisi ALLAH.SWT mereka sangat mulia dan harum namanya.



QS: Az-Zumar: 10
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.”

Pengajaran yang dapat kita petik dari Cerita Masyitah dan keluarganya ini antara lain:
* Anjuran untuk tetap sabar dan teguh ketika muncul fitnah yang ditujukan kepada kita.
* Balasan dari ALLAH SWT  itu sesuai dengan jenis amal yang dikerjakan.maka bersabarlah dan tetap yakin bahwa ALLAH lah yang Maha Mengetahui.
* Bagi siapapun yang bersabar dalam memegang teguh ALLAH dan Rasul-Nya dan tidak takut dicela orang niscaya memperoleh Ridho dan gan­jaran yang sangat besar disisi-Nya.
*. Sesungguhnya Allah SWT senantiasa memberi jalan keluar untuk para wali-Nya dari musibah atau bencana yang menimpa.
*Ridho Allah yang diberikan adalah bagi orang shalih dan shalihah yang hanya memegang teguh perintah dan ajaran-Nya. bukan karena takut dimusuhi atau di hukum oleh manusia atau ingin dipandang mulia oleh manusia lainya ,yang tidak lain hanyalah  Mahluk-Nya



JELATANG 



Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

ANTARA AHLI TAAT DAN AHLI MAKSIAT


Diriwayatkan dari abu Hurairah ra.
bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, dia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.

Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, “Berhentilah dari berbuat dosa.”

Dia menjawab, “Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.”

Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, “Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.”

Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Rabbul ‘Alamin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, “Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tangan-Ku.”

Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmat-Ku.”
Sementara ahli ibadah dikatakan, “Masukkan orang ini ke neraka.”

Dari kisah diatas kita dapat mengambil pelajaran untuk tidak menjadi seseorang yang memastikan orang, kelompok atau golongan lain sebagai penghuni neraka atau surga karena seseorang yang melakukannya berarti telah mengklaim dirinya memiliki sifat ketuhanan.

( Sumber : Sittuna qishshah rawaha an-Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam wash shahabah al-kiram)




JELATANG 


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

Rabu, 01 September 2010

ANTARA KEWAJIBAN DAN KEBUTUHAN

Kewajiban dan kebutuhan...dua kata yang artinya jauh berbeda.


kewajiban :Suatu hal yang telah ditetapkan untuk harus dikerjakan mau-tak mau,keharusan untuk melakukan sesuatu (dan itu sudah baku).
(*DARI:KAMUS PRIBADI SAYA __alias buatan otak bodoh saya pribadi__)


kebutuhan:Suatu hal/aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha .
(*DARI:KAMUS PRIBADI SAYA __alias buatan otak bodoh saya pribadi__)

Kewajiban
Saat kita harus melakukan sesuatu yang sudah jadi tanggung jawab untuk kita ,karena kita terpilih/dipilih untuk melaksanakan tugas/pekerjaan tersebut ,tak jarang kita menemukan kesulitan,masalah dan yang lebih mungkin adalah mood yang lagi jelek,atau semangat yang sedang memudar.

Dan walhasil ,,pekerjaan/tugas atau kewajiban yang kita lakukan tersebut sering terlambat selesai atau malahan gagal sama sekali (*dengan alasan lagi bad mood atau 'lagi males banget nih', atau dengan kata 'wah gak mampu nih,banyak banget halanganya(godaanya').dan akhirnya...semua nya rusak..(udah telat kacau pula)

yaa..namanya juga 'Wajib' ,disadari atau tak disadari hal tersebut menjadi beban dan jelas menyebut namanya saja ('BEBAN') ,hal itu sudah menguras tenaga dan fikiran kita sebelum melakukanya

Kebutuhan
Saat kita kelaparan atau kehausan sudah tentu kita akan selalu mencari cara untuk mendapatkan makanan dan minuman,, mengapa demikian??
karena seperti yang kita sadari bersama ,selama kita bernama manusia,kita akan selalu membutuhkan makanan.dengan cara apapun,bagaimanapun,dengan alat apapun kita akan berusaha sekuat tenaga dan kemampuan untuk mendapatkanya.karena kita 'BUTUH'

keluhan ,kecewa, hal tersebut biasa menghampiri otak dan hati kita saat kita sedang melakukan kewajiban,sebagai manusia atau bahkan sebagai hamba TUHAN ,itu adalah hal yang sangat lumrah dan biasa terjadi ,

*misalnya :kita diberi sebuah tugas yang agak sulit untuk di jalankan ,tetapi sebelum tugas tersebut rampung kita kerjakan sudah ada lagi tugas berikutnya yang menunggu untuk di kerjakan setelah kita selesaikan tugas pertama kita. disadari / tidak disadari sudah pasti kita sempat merasa lelah,kecewa,atau kesal ,meskipun kita tidak berniat untuk mengeluh ,bayangkan saja 'Tugas yang satu ini saja belum selesai ,tapi sudah di kasih tugas yang baru lagi'.

tetapi coba bayangkan seandainya saja kita melakukan /menjalankan setiap tugas dan kewajiban kita seperti mengejar kebutuhan kita

*misalnya :Kita sedang makan (ini adalah kebutuhan setiap mahluk hidup) dan saat makan kita pasti membutuhkan hal lain yang berbeda,yaitu 'Minum' ,2 kegiatan berbeda yang perlu kita lakukan diwaktu yang tidak berjauhan ,kita melakukan keduanya tanpa beban meski kedua hal tersebut berbeda sifat masing-masingnya. tetapi kita akan selalu berusaha untuk mendapatkan /melakukan keduanya dalan waktu yang tidak berjauhan.(kalau tidak minum setelah makan ,pasti tidak enak ,atau bahkan kita bisa tersedak),oleh karena itu kita akan berusaha mendapatkan /melakukan keduanya,dan kita melakukanya dengan senang hati. ^_^


bisakah kita melakukan setiap kewajiban kita selayaknya kita mengejar kebutuhan kita? ,seandainya kita bisa menempatkan kewajiban kita ditempat yang sama dengan kebutuhan kita mungkin keluhan-keluhan tidak akan pernah tercipta lagi disaat kita melaksanakan tugas sebagai manusia atau sebagai hamba,semua kita bisa kerjakan tanpa beban, dan kita selesaikan dengan senang hati.

Maaf sebelumnya ,tidak ada maksud saya sebagai penulis untuk mengajari,saya hanya mencoba berbagi ,sekaligus untuk memacu dan mengingatkan diri saya pribadi, agar bisa menjalankan dan menyelesaikan kewajiban sebagai manusia ,sekaligus hamba-NYA seperti layaknya mengejar kebutuhan saya,dan pada akhirnya semuanya dapat terselesaikan dengan izinya dan saya menjalaninya dengan senang hati dan bahagia...
semoga berkenan dan bermanfa'at untuk kita semua...




JELATANG



Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

BELAJAR IKHLAS DARI TUKANG PARKIR

Tadi sore saat Adzan maghrib berkumandang secara tidak kebetulan (*karena saya meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan ^_^) masih berada di luar rumah, jadi saya berbuka puasa di pinggir jalan, saya membatalkan puasa dengan minuman botol yang dijual dipinggir jalan,dan beberapa tahu goreng yang dijual disebelah penjual minuman ,saat saya berbuka puasa ada seorang tukang parkir yang juga berbuka puasa di tukang minuman tersebut ,beberapa saat kemudian saya bertanya sama bapak itu 'dimana mushola yang terdekat?' .Bapak itu ternyata adalah penjaga parkiran kendaraan yang ada tepat dibelakang saya duduk, kemudian Bapak penjaga parkir mengajak saya untuk pergi ke Pos parkirnya yang berukuran 3X3 untuk sholat maghrib berjama'ah.

Setelah sholat maghrib berjama'ah kami berkenalan *nama Bapak itu Trisno ,lalu kami lanjutkan dengan sedikit berbincang santai, sekalian untuk memberi kesempatan kepada makanan dan minuman yang baru saja kami gunakan untuk berbuka agar sampai dengan selamat dan normal di tempat tujuan .Pak Trisno lebih banyak bercerita daripada saya ,dan sayapun senang mendengar ceritanya ,mulai dari tentang anaknya,keluarga,sampai tentang pekerjaan PAk Trisno sebagai penjaga parkiran .ada percakapan dan kata-kata Pak Trisno yang membuat saya tercengang.


Saat Pak Trisno cerita tentang pekerjaanya sebagai penjaga parkiran kendaraan. Pak Trisno bilang dia banyak belajar tentang kehidupan dari pekerjaanya itu, dan yang paling membuat saya terkagum-kagum saat Pak Trisno bercerita "bahwa pekerjaan saya ini banyak mengilhami saya dalam belajar ikhlas 'den (dia memanggil saya dengan sebutan 'den' *entah itu raden ,atau dendeng ^_^) saya hanya manggut-manggut menyimak .setiap hari banyak sekali sepeda motor dan mobil yang keluar masuk tempat parkiran yang dijaganya setiap hari ,berbagai macam type ,mulai dari motor/mobil butut(tua) ,yang sedang ,bahkan sampai MOtor GEde (MOGE) atau mobil HI-class sekalipun ,semua masuk dan parkir disini,saya terima dengan sangat ikhlas,apapun bentuknya,tak peduli berapapun nilai harganya, berapapun lamanya,tak peduli itu hanya beberapa menit atau berapa jam sekalipun. saya akan menerimanya dengan senang hati,dan akan saya jaga sebaik-baiknya amanat yang dipercayakan kepada saya,saya menjalani pekerjaan ini dengan senang hati ,saya menjaga setiap titipan dengan sepenuh kemampuan saya .dan ketika sang pemilik datang dan mengambil kembali titipan-titipannya sayapun melepasnya dengan ikhlas dan senang hati ,bahkan saya merasa sangat bahagia karena telah menjalankan tugas saya untuk menjaga titipan-titipan itu semampu saya".


" terkadang saya juga sering berfikir, seandainya saya bisa menerapkan keikhlasan saat TUHAN menarik semua titipan-titipan-NYA dari genggaman saya... ,tapi ternyata sangat sulit...gak semudah mengikhlaskan titipan kendaraan-kendaraan yang saya terima setiapa hari,hehehehe,,,namanya juga manusia ya den?.. ego-nya selangit" (kata Pak Trisno sambil tertawa kecil).



saya terdiam sesaat dan berfikir saat mendengar kalimat-kalimat terakhir yang keluar dari mulut  Pak Trisno itu. "ikhlas" ,kata yang mudah di ucap...tapi untuk mengaplikasikanya....hmmmmmm...luar biaaaasaaaa sulitnya .seandainya saja kita bisa menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa semua pemberian-NYA hanyalah sebuah titipan yang sewaktu-waktu dengan mudahnya bisa diambil kembali oleh SANG PEMILIK . mungkin kalau kita menanamkan itu di diri kita, kita tidak akan sering merajuk kepada SANG MAHA ketika DIA mengambil milik-NYA kembali dari genggaman kita.


kemudian setelah kami selesai berbincang singkat ,sayapun pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang ,lagipula Pak Trisno harus melanjutkan pekerjaan mulianya tersebut, menjaga amanat-amanat si pemilik kendaraan dengan sebaik-baiknya.



Do'a Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA :
 
”Ya Allah letakanlah dunia di tangan ku, dan jauhkanlah ia dari hatiku”



JELATANG 


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya