يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (As Sunah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik untuk kalian dan lebih bagus hasilnya.”

(QS. An Nisaa’ [4]: 59)

Selasa, 07 September 2010

Al Hallaj Dan Fir’aun Sama-Sama Mengaku TUHAN

Dalam sejarah perkembangan islam islam 2 nama ini sangat fenomenal. Baik Fir’aun maupun Al Hallaj, sama-sama mengguncang sejarah, dengan ucapan yang menyamakan diri mereka dengan Sang Pencipta.

samakah persepsi mereka??

 
tentu saja berbeda .Fir’aun meneriakan  pernyataan tersebut (aku TUHAN kalian) atas dasar keangkuhan akan kekuasaanya pada masa itu. Dia maharaja kerajaan besar dengan ilmu pengetahuan yang luas ,dengan kekuasaan besar,dan perintahnya absolut. Keadaan itu yang kemudian membuatnya merasa hebat,angkuh dan tak tetandingi oleh apapun, sehingga dia menyatakan diri telah menjadi illah (sosok yang patut disembah).

Sebaliknya, Al Hallaj, ketika menyatakan dirinya Al Haq, Sang Kebenaran, salah satu dari 99 nama Tuhan (asmaul husna) dalam ajaran Islam, justru didasari oleh kerendah hatian Beliau. Bagaimana Beliau (Mansur Al Hallaj) di hadapan Yang Maha besar Mahaperkasa, dirinya (seolah) tiada, dan yang sungguh ada hanya DIA semata.

Jangankan kita bicarakan di hadapan Tuhan, di hadapan isi langit bumi ciptaan-Nya saja kita memang sudah menjadi tiada, betapa kecilnya kita ini.Bumi tempat kita hidup belum ada apa-apanya bila di bandingkan dengan matahari ,dan tata surya kita tidak ada apa-apanya di hadapan Galaksi Bima Sakti, dan belum lagi galaksi Bima sakti itu pun cuma sebutir debu di bandingkan keluasan jagat raya yang belum pernah kita ketahui dengan pasti batasnya sampai dimana. Jadi bagaimana pula diri ini bila dibandingkan dengan AL-HAQ yang menciptakan dan memelihara itu semua? 

Mansur Al Hallaj pun merasa dirinya hilang di hadapan kebesaran Sang Pencipta, dan saat itulah dari kemurnian dan kerendahan hatinya, terlontar kata-kata itu "ana Al HAQ".

Seorang Guru Besar sufi pernah berkomentar, satu-satunya kesalahan Al Hallaj adalah mengungkapkan pengalaman dan rahasia rasa itu. Maha Guru Sufi saya sering berpesan 



"tidak semua pengalaman dan perasaan mesti diungkapkan,tasawuf adalah ilmu rasa,,,ilmu hati.. tidak semua tentang perasaan bisa di cerna dengan otak,,maka satu-satunya cara adalah amalkanlah ,setelah kau rasakan kebenaranya ,simpan dan jadikanlah pedoman.cukup saja kau dan TUHAN mu yang tahu _tentang Rasamu_
kalau semuanya kau tebarkan,beberapa akan berbalik menyerangmu seperti boomerang yang kau lemparkan".

Al Hallaj dan Fir'aun Keduanya memang dihukum mati untuk pengakuan itu. Fir'aun, bersama pengikut setianya  *sesuai narasi di kitab-kitab suci , ditenggelamkan ALLAH di Laut Merah. Mereka menjerit pedih dalam penyesalan yang tak berujung namun sia-sia. Namun Al Hallaj, sangatlah berbeda. Dia cuma dieksekusi secara kejam oleh otoritas kekuasan manusia-manusia bodoh. Terikat di tiang gantungan, dia dimutilasi hidup-hidup, namun sampai dia mengembuskan napas terakhir, di bibirnya selalu tersungging senyum kepuasan.gambaran perasaan Cinta yang teramat kepada Sang Khalik.



*Senyuman ikhlas Husain Ibnu Manshur Al Hallaj itu seolah menegaskan, di hadapan kebesaran Yang Mahaperkasa, apalah arti perasaan dan derita seorang manusia hina dan kecil seperti Beliau.



*Maulana Jalaluddin Rumi berkata, _ucapan “Akulah Tuhan” oleh Fira’un adalah kegelapan yang pekat, 
tapi pernyataan “Akulah Sang Kebenaran” oleh Al Hallaj, justru cahaya yang benderang dari hati seorang hamba yang sejati_.


JELATANG 


Salam Penuh Cinta Untuk Semua PeCinta-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar